Logika dan penalaran selalu terkait dengan istilah problem
solving dan critical thinking. Saat kita berhadapan dengan masalah, teka-teki,
atau dilema, kita akan mencoba untuk mencari solusi yang beralasan. Langkah
pertama dalam dalam memecahkan permasalahan (solving problem) adalah untuk
memberikan definisi masalah secara jelas. Langkah ini seperti tidak melakukan
apa-apa, namun, ini menjadi awal bagi tindakan yang terarah tepat menuju
penyelesaian permasalahan. Selalu tanyakan tentang, "apa yang sebenarnya
harus dilakukan?" Sebelum kita dapat menyelesaikan masalah, tentu kita
harus memahami pertanyaan ini. Begitu permasalahan telah didefinisikan, semua
informasi yang relevan terhadapnya harus dikumpulkan, diorganisasikan, dan di
analisis. Dalam analisis ini kita membandingkan pula dengan penyelesaian yang
sebelumnya diketahui. Apakah sama? Bagaimana bisa berbeda? Apakah solusi
sebelumnya dapat diaplikasikan? Jika sesuai, buatlah skema permasalahan;
representasi visual sering memberikan wawasan interpretasi petunjuk.
Sebelum menggunakan rumus atau sebuah metode, tentukan bahwa
metode tersebut relevan terhadap situasi yang ada. Sebuah kesalahan umum bahwa
kita sering menggunakan solusi pada tempat yang tidak tepat. Bila sebuah metode
pernah digunakan dengan keberhasilan, gunakan kembali, bila tidak, cari
penyelesaian standar yang memungkinkan dikembangkannya metode lain yang lebih
kreatif. Jangan pernah mengkhawatirkan untuk mencoba sesuatu yang baru.
"Bagaimana jika kita mencoba ini..?" mungkin memberikan inspirasi
solusi yang unik.
PENALARAN DEDUKTIF
Saat permasalahan telah didefinisikan dan di analisis. Kita
mungkin dapat memberikan kategori tertentu pada permasalahan tersebut, hal ini
mungkin memberikan pengetahuan tentang solusi umum yang bisa digunakan.
Singkatnya, ketika ditanyakan solusi untuk persamaan , kita mengetahui bahwa
ini adalah persamaan berorde dua (sering disebut persamaan kuadrat).
Logika deduktif dan struktur formal logika telah dipelajari
selama bertahun-tahun, ribuan tahun. Salah satu Ilmuwan Logika kuno, dan yang
paling terkenal, adalah Aristoteles (384 - 322 S.M). Dia adalah murid dari
filsuf terkenal Plato dan merupakan guru dari Alexander agung, penjelajah
daratan dari Yunani sampai India. Filosofi Aristoteles sangat berpengaruh,
pengaruhnya mencapai Gereja Katolik yang dibawa oleh St. Thomas Aquinas, bahkan
mempengaruhi filosofi modern. Selama berabad--abad, Logika yang dikembangkan
Aristoteles menjadi bagian dari studi pengacara dan politik dan digunakan untuk
membedakan argumen yang valid dan yang tidak.
Untuk Aristoteles, logika merupakan alat yang diperlukan
dalam semua penyelidikan/penelitian, dan silogisme merupakan hasil dari semua
buah pemikiran. Silogisme adalah sebuah argumen yang dibentuk oleh dua
pernyataan yang disebut premis (premis mayor dan premis minor), yang diikuti
dengan sebuah kesimpulan atau konklusi. Untuk semua premis yang diberikan, jika
kesimpulan dalam argumen terjamin (dalam pengertian tidak ditemukan suatu
sanggahan dengan cara bagaimanapun), argumen tersebut valid. Jika kesimpulan
tidak terjamin (dalam pengertian minimal terdapat satu sanggahan yang tidak
membenarkan kesimpulan), argumen tersebut tidak valid.
Salah satu silogisme populer Aristoteles adalah sebagai
berikut:
1. Semua pria meninggal
2. Socrates adalah seorang pria
----------------------------------------------
Maka, Socrates meninggal
Mayor premis yang diaplikasikan pada minor premis
menyebabkan kesimpulan yang tak terbantahkan, maka argumen tersebut valid.
Catat bahwa logika deduktif yang digunakan dalam contoh 1 memiliki struktur
yang sama dengan silogisme Aristoteles tentang Socrates.
1. Semua persamaan orde dua dalam satu variabel dapat
diselesaikan dengan rumus abc.
2. adalah persamaan
orde dua dalam satu variabel.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Maka, dapat
diselesaikan menggunakan rumus abc.
Semua silogisme tersebut dapat dituliskan secara umum dalam:
1. Jika A, maka B
2. X adalah A
-----------------------------
Maka, X adalah B
Logika deduktif ini sangat tepat diaplikasikan menggunakan
diagram Venn. Valid dan tidak valid sering disalah artikan dengan benar dan
tidak benar. Perhatikan contoh berikut ini.
1. Semua doctor laki-laki
2. Ibuku seorang doctor
--------------------------------------
Maka, Ibuku laki-laki
Argumen diatas merupakan argumen yang valid. Namun, argumen
yang valid tidak menunjukan kesimpulan yang benar. Seorang ibu tidak mungkin
laki-laki! Validitas dan kebenaran tidak memiliki pengertian yang sama. Argumen
dikatakan valid bila konklusi yang dihasilkan tak terbantahkan berdasarkan
premis yang diberikan. Di sini tidak dikatakan tentang kebenaran premis yang
diberikan. Karena itu, dalam menentukan validitas argumen, kita tidak sedang
menentukan apakah kesimpulan yang diambil benar atau tidak. Argumen dikatakan
valid bila dari premis yang diberikan, konklusi yang diperoleh logis. Memang
benar, bila premis yang diberikan pada argumen yang valid bernilai benar,
konklusi yang diperoleh juga bernilai benar.
Perhatikan contoh lain berikut ini:
1. Semua artis adalah aktivis politik
2. Tantowi Yahya adalah aktivis politik
----------------------------------------------------------------
Maka, Tantowi Yahya adalah seorang artis
Sekilas kesimpulan tersebut terlihat valid. Hal ini karena
kita semua tahu bahwa Tantowi Yahya adalah seorang artis. Namun, bila kita
melakukan analisa, kesimpulan itu tidak diperoleh secara logis. Premis pertama
menunjukkan bahwa ada sebagian aktivis politik adalah seorang artis, yang
berarti ada sebagian lain yang bukan artis. Premis kedua adalah pernyataan
spesifik bahwa Tantowi Yahya adalah seorang aktivis politik. Tantowi Yahya bisa
saja seorang artis, tetapi bisa saja bukan (terlepas dari pengetahuan umum)
berdasarkan premis. Maka kesimpulan yang diperoleh tidak logis, karena adanya
kemungkinan Tantowi Yahya bukan artis menyebabkan argumen ini tidak valid.
Namun, argumen yang dikatakan tidak valid tidak berarti mengatakan bahwa
kesimpulan yang diambil salah, sebagai bukti, Kita semua tahu bahwa Tantowi
Yahya adalah seorang artis. Jadi Pernyataan kesimpulan dalam argumen diatas
memang bernilai benar, namun, berdasarkan premis, argumen tersebut bukanlah
argumen yang valid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar