Senin, 28 Oktober 2013

Penalaran Deduktif (Tugas I Bahasa Indonesia 2)

Logika dan penalaran selalu terkait dengan istilah problem solving dan critical thinking. Saat kita berhadapan dengan masalah, teka-teki, atau dilema, kita akan mencoba untuk mencari solusi yang beralasan. Langkah pertama dalam dalam memecahkan permasalahan (solving problem) adalah untuk memberikan definisi masalah secara jelas. Langkah ini seperti tidak melakukan apa-apa, namun, ini menjadi awal bagi tindakan yang terarah tepat menuju penyelesaian permasalahan. Selalu tanyakan tentang, "apa yang sebenarnya harus dilakukan?" Sebelum kita dapat menyelesaikan masalah, tentu kita harus memahami pertanyaan ini. Begitu permasalahan telah didefinisikan, semua informasi yang relevan terhadapnya harus dikumpulkan, diorganisasikan, dan di analisis. Dalam analisis ini kita membandingkan pula dengan penyelesaian yang sebelumnya diketahui. Apakah sama? Bagaimana bisa berbeda? Apakah solusi sebelumnya dapat diaplikasikan? Jika sesuai, buatlah skema permasalahan; representasi visual sering memberikan wawasan interpretasi petunjuk.
Sebelum menggunakan rumus atau sebuah metode, tentukan bahwa metode tersebut relevan terhadap situasi yang ada. Sebuah kesalahan umum bahwa kita sering menggunakan solusi pada tempat yang tidak tepat. Bila sebuah metode pernah digunakan dengan keberhasilan, gunakan kembali, bila tidak, cari penyelesaian standar yang memungkinkan dikembangkannya metode lain yang lebih kreatif. Jangan pernah mengkhawatirkan untuk mencoba sesuatu yang baru. "Bagaimana jika kita mencoba ini..?" mungkin memberikan inspirasi solusi yang unik.
PENALARAN DEDUKTIF
Saat permasalahan telah didefinisikan dan di analisis. Kita mungkin dapat memberikan kategori tertentu pada permasalahan tersebut, hal ini mungkin memberikan pengetahuan tentang solusi umum yang bisa digunakan. Singkatnya, ketika ditanyakan solusi untuk persamaan , kita mengetahui bahwa ini adalah persamaan berorde dua (sering disebut persamaan kuadrat).
Logika deduktif dan struktur formal logika telah dipelajari selama bertahun-tahun, ribuan tahun. Salah satu Ilmuwan Logika kuno, dan yang paling terkenal, adalah Aristoteles (384 - 322 S.M). Dia adalah murid dari filsuf terkenal Plato dan merupakan guru dari Alexander agung, penjelajah daratan dari Yunani sampai India. Filosofi Aristoteles sangat berpengaruh, pengaruhnya mencapai Gereja Katolik yang dibawa oleh St. Thomas Aquinas, bahkan mempengaruhi filosofi modern. Selama berabad--abad, Logika yang dikembangkan Aristoteles menjadi bagian dari studi pengacara dan politik dan digunakan untuk membedakan argumen yang valid dan yang tidak.
Untuk Aristoteles, logika merupakan alat yang diperlukan dalam semua penyelidikan/penelitian, dan silogisme merupakan hasil dari semua buah pemikiran. Silogisme adalah sebuah argumen yang dibentuk oleh dua pernyataan yang disebut premis (premis mayor dan premis minor), yang diikuti dengan sebuah kesimpulan atau konklusi. Untuk semua premis yang diberikan, jika kesimpulan dalam argumen terjamin (dalam pengertian tidak ditemukan suatu sanggahan dengan cara bagaimanapun), argumen tersebut valid. Jika kesimpulan tidak terjamin (dalam pengertian minimal terdapat satu sanggahan yang tidak membenarkan kesimpulan), argumen tersebut tidak valid.
Salah satu silogisme populer Aristoteles adalah sebagai berikut:
1. Semua pria meninggal
2. Socrates adalah seorang pria
----------------------------------------------
Maka, Socrates meninggal
Mayor premis yang diaplikasikan pada minor premis menyebabkan kesimpulan yang tak terbantahkan, maka argumen tersebut valid. Catat bahwa logika deduktif yang digunakan dalam contoh 1 memiliki struktur yang sama dengan silogisme Aristoteles tentang Socrates.
1. Semua persamaan orde dua dalam satu variabel dapat diselesaikan dengan rumus abc.
2.  adalah persamaan orde dua dalam satu variabel.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Maka,  dapat diselesaikan menggunakan rumus abc.
Semua silogisme tersebut dapat dituliskan secara umum dalam:
1. Jika A, maka B
2. X adalah A
-----------------------------
Maka, X adalah B
Logika deduktif ini sangat tepat diaplikasikan menggunakan diagram Venn. Valid dan tidak valid sering disalah artikan dengan benar dan tidak benar. Perhatikan contoh berikut ini.
1. Semua doctor laki-laki
2. Ibuku seorang doctor
--------------------------------------
Maka, Ibuku laki-laki
Argumen diatas merupakan argumen yang valid. Namun, argumen yang valid tidak menunjukan kesimpulan yang benar. Seorang ibu tidak mungkin laki-laki! Validitas dan kebenaran tidak memiliki pengertian yang sama. Argumen dikatakan valid bila konklusi yang dihasilkan tak terbantahkan berdasarkan premis yang diberikan. Di sini tidak dikatakan tentang kebenaran premis yang diberikan. Karena itu, dalam menentukan validitas argumen, kita tidak sedang menentukan apakah kesimpulan yang diambil benar atau tidak. Argumen dikatakan valid bila dari premis yang diberikan, konklusi yang diperoleh logis. Memang benar, bila premis yang diberikan pada argumen yang valid bernilai benar, konklusi yang diperoleh juga bernilai benar.
Perhatikan contoh lain berikut ini:
1. Semua artis adalah aktivis politik
2. Tantowi Yahya adalah aktivis politik
----------------------------------------------------------------
Maka, Tantowi Yahya adalah seorang artis

Sekilas kesimpulan tersebut terlihat valid. Hal ini karena kita semua tahu bahwa Tantowi Yahya adalah seorang artis. Namun, bila kita melakukan analisa, kesimpulan itu tidak diperoleh secara logis. Premis pertama menunjukkan bahwa ada sebagian aktivis politik adalah seorang artis, yang berarti ada sebagian lain yang bukan artis. Premis kedua adalah pernyataan spesifik bahwa Tantowi Yahya adalah seorang aktivis politik. Tantowi Yahya bisa saja seorang artis, tetapi bisa saja bukan (terlepas dari pengetahuan umum) berdasarkan premis. Maka kesimpulan yang diperoleh tidak logis, karena adanya kemungkinan Tantowi Yahya bukan artis menyebabkan argumen ini tidak valid. Namun, argumen yang dikatakan tidak valid tidak berarti mengatakan bahwa kesimpulan yang diambil salah, sebagai bukti, Kita semua tahu bahwa Tantowi Yahya adalah seorang artis. Jadi Pernyataan kesimpulan dalam argumen diatas memang bernilai benar, namun, berdasarkan premis, argumen tersebut bukanlah argumen yang valid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar